Senin, Maret 13, 2017

Permainan Waktu dan Tanggal Main Pertemuan Berikutnya

Sediakan sedikit waktumu, sama sekali aku tidak akan minta banyak. Cukup di penghujung senja saja, atau saat beberapa menit setelah hujan reda. Itu waktu favoritku. Waktu damai yang membuat semua perhatianku akan tercurah utuh kepadamu. Pun kamu menginginkan hal yang demikian juga bukan?

Aku masih tidak habis pikir dengan yang kemaren kita bicarakan. Aku tidak peduli kamu menganggap bahwa yang kita bahas itu hanyalah candaan atau memang ada terbersit niat olehmu. Tentang pertemuan kita yang selanjutnya, apakah masih mungkin terjadi dengan keadaan yang sekarang ada?

Yang aku pikirkan, bagaimana aku dan kamu akan menyiasati pertemuan itu? Kita jelas terbatas oleh 2 kota yang jaraknya berjauhan. Kamu tidak ada alasan untuk mampir ke kotaku, aku pun tidak punya keperluan untuk singgah di kotamu. Jadi bagaimana sebaiknya?

Sampai detik ini kita adalah 2 orang yang masih dalam tahap saling mengenal. Yang akan muncul jika aku datang ke kotamu atau kamu mampir ke kotaku hanyalah kecanggunan. Dan kita bertemu untuk sebuah kecanggungan? Jelas tidak. Tidak ada orang yang mau terjebak dalam kecanggungan.

Lagi pula, katamu kamu pendiam, maka apa pula yang akan terjadi jika dua orang pendiam yang baru kenal tiba-tiba bertemu? Dapat kamu bayangkan bagaimana mencekam dan membosankannya suasana yang nanti tercipta?

Yang kupaham, ini adalah permainan waktu, yang sudah berkolaborasi apik dengan cara kita memainkan keadaan, memerankan diri, dan mencoba saling memasuki dan mengenal. Kamu paham maksudku? Aku rasa tidak, maka baiklah, akan kujelaskan dengan bahasa yang semoga lebih mudah kamu memahaminya.


“Aku percaya bahwa setiap pertemuan mempunyai kelanjutan. Karenanya, jumpa kita beberapa waktu yang lewat akan terulang lagi suatu hari. Tempatnya sudah berbeda, dan suasanya pun tidak lagi sama. Kita akan bertemu lagi untuk sebuah alasan yang lebih kuat. Tunggu saja tanggal mainnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar