Berkalang
dengan bimbang adalah satu mozaik hidup yang tidak menyenangkan. Kepala dibuat
panas karena berpikir keras, dada dibuat terpaksa bergemuruh lebih kencang, dan
perasaan dibuat luntang lantung tidak beraturan. Agaknya percakapan kita tempo
hari, yang berakhir setelah larut malam menjadi penyebabnya. Bagaimana bisa?
Ya, apapun bisa terjadi bukan? Dunia ini banyak sekali ketidakterdugaan di
dalamnya.
Aku
sudah cukup lama menjadi pengagummu. Dan menjadi seorang pengagum menurutku tidaklah
harus memunculkan ekspresi sebagaimana mestinya. Cukup dalam keadaan tertentu yang
dinyatakan layak saja. Berbulan-bulan aku berhasil menutupnya rapat-rapat. Mulanya
aku beranggapan bahwa kagum itu akan menguap diam-diam, seiring dengan waktu
yang terus berjalan tanpa perhentian, berikut dengan jarak yang membuat kita semakin
kecil peluangnya untuk berjumpa, bahkan hanya untuk sebuah ketidaksengajaan.
Nyatanya ada banyak sisipan-sisipan Tuhan yang terlambat aku menyadarinya.
Hari
itu melalui kolom chat, tabir-tabir
lama mulai terbuka lagi satu persatu. Perlahan dia menyibak di permukaan,
memunculkan diri dalam keadaan yang sedikit di luar dugaan. Jika saja aku
pandai berkata-kata, maka pastilah suasana berbeda sudah tercipta dari lama. Tapi
tidak masalah, karena inilah yang menjadi penguat cerita, yang layak untuk
diangkat menjadi satu topik pembahasan baru. Bahwasanya kagumku sepertinya
mulai menetas, atau mungkin mulai berevolusi menjadi bentuk perjuangan.
Bagaimana
menurutmu? Layakkah? Tidak, aku tidak sempat lagi berpikir bahwa ini layak atau
tidak. Berjuang bukan karena sebuah kelayakan, tetapi karena ada yang memang perlu
diperjuangkan, ada titik yang mutlak harus dicapai. Detik ini rasanya aku sedang
ditikam kesadaran baru. Percakapan denganmu baru saja menyiratkan satu hal,
yang tanpa aku jelaskan pun, rasanya kamu bisa menebak kemana arah bicaraku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar