Sabtu, Maret 11, 2017

Kagum, Dan Ekspresi Yang Tidak Muncul

Berkalang dengan bimbang adalah satu mozaik hidup yang tidak menyenangkan. Kepala dibuat panas karena berpikir keras, dada dibuat terpaksa bergemuruh lebih kencang, dan perasaan dibuat luntang lantung tidak beraturan. Agaknya percakapan kita tempo hari, yang berakhir setelah larut malam menjadi penyebabnya. Bagaimana bisa? Ya, apapun bisa terjadi bukan? Dunia ini banyak sekali ketidakterdugaan di dalamnya.

Aku sudah cukup lama menjadi pengagummu. Dan menjadi seorang pengagum menurutku tidaklah harus memunculkan ekspresi sebagaimana mestinya. Cukup dalam keadaan tertentu yang dinyatakan layak saja. Berbulan-bulan aku berhasil menutupnya rapat-rapat. Mulanya aku beranggapan bahwa kagum itu akan menguap diam-diam, seiring dengan waktu yang terus berjalan tanpa perhentian, berikut dengan jarak yang membuat kita semakin kecil peluangnya untuk berjumpa, bahkan hanya untuk sebuah ketidaksengajaan. Nyatanya ada banyak sisipan-sisipan Tuhan yang terlambat aku menyadarinya.

Hari itu melalui kolom chat, tabir-tabir lama mulai terbuka lagi satu persatu. Perlahan dia menyibak di permukaan, memunculkan diri dalam keadaan yang sedikit di luar dugaan. Jika saja aku pandai berkata-kata, maka pastilah suasana berbeda sudah tercipta dari lama. Tapi tidak masalah, karena inilah yang menjadi penguat cerita, yang layak untuk diangkat menjadi satu topik pembahasan baru. Bahwasanya kagumku sepertinya mulai menetas, atau mungkin mulai berevolusi menjadi bentuk perjuangan.


Bagaimana menurutmu? Layakkah? Tidak, aku tidak sempat lagi berpikir bahwa ini layak atau tidak. Berjuang bukan karena sebuah kelayakan, tetapi karena ada yang memang perlu diperjuangkan, ada titik yang mutlak harus dicapai. Detik ini rasanya aku sedang ditikam kesadaran baru. Percakapan denganmu baru saja menyiratkan satu hal, yang tanpa aku jelaskan pun, rasanya kamu bisa menebak kemana arah bicaraku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar