Jumat, Maret 17, 2017

Jarak Yang Jauh Sangat Dekat Dengan Ketidakpastian

Satu dari sekian detik termenyenangkan dalam hidupku adalah saat notifikasi gadget memunculkan sebuah pesan darimu. Ya itulah kebahagiaan sederhana yang akhir-akhir ini gemar datang menyambangi. Sebuah pesan dari seorang yang jauh, sekaligus begitu dekat dengan ketidakpastian, kau tahu itu.

Perempuan selalu membenci ketidakpastian, laki-laki sebenarnya juga. Tapi hebatnya, perempuan seringkali berhasil menjadikan ketidakpastian sebagai tameng, sebagai alasan untuk mengatakan tidak. Sebagai alasan untuk menolak pria-pria yang coba mendekat. Tidakkah kalian para perempuan menyadari bahwa laki-laki yang coba mendekat adalah mereka yang berhasil memasung ketidakpastian yang mereka pikirkan tentang kalian?

Francois Hollande, seorang yang pernah menjabat sebagai Presiden prancis, juga sangat membenci ketidakpastian. Tidak ada yang lebih buruk dari ketidakpastian. Ketidakpstian seringkali menghasilkan prilaku tidak rasional. Tapi itu tidak ada hubungannya. Ini situasi berbeda, Hollande benci ketidakpastian karena waktu itu Inggris tidak kunjung menyatakan sikap terkait kebijakan mereka untuk keluar dari Uni Eropa. Sementara kamu benci ketidakpastian karena takut terluka.


Oke, lupakan sejenak tentang ketidakpastian. Aku telah berusaha meredamnya –untuk diriku sendiri dan mungkin berhasil. Hanya saja kini kamu berlindung di balik jarak. Untuk urusan ini aku harus memutar otak lebih keras. Jarak adalah momok, adalah ketakutan, adalah dasar kecurigaan, adalah sumber dari prasangka-prasangka tidak baik. Bagaimana meredamnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar