Apapun
itu, aku percaya bahwa pertemuan tidak akan pernah ada yang namanya salah
tempat, tidak akan pernah ada yang namanya salah waktu, tidak juga akan pernah ada yang
namanya salah orang. Itu mustahil. Tuhan telah merancang semuanya. Kau anggap
kebetulan pun tidak akan berpengaruh apa-apa. Lagi pula kebetulan yang kau
maksud dapat terjadi juga adalah akibat dari ulahmu sendiri di waktu sebelumnya.
Sementara
aku, tidak pernah ada alasan untuk mengimani yang namanya kebetulan. Setiap yang terjadi adalah sebuah
kesinambungan. Yang hari ini terjadi adalah muara dari yang terjadi di hari sebelumnya.
Dan yang terjadi hari ini adalah alasan mengapa kejadian selanjutnya terjadi di
hari esok.
Aku
ingat pada pertemuan denganmu. Seolah kental sekali nuansa kebetulannya. Padahal
unsur kebetulan hanyalah fatamorgana saja. Sebenarnya ada banyak hal yang sebelumnya sudah terjadi, yang berakibat kita bertemu di waktu itu, di waktu yang tidak
pernah aku dan kamu sangka, di tempat itu, di kota arang yang sama sekali tidak
pernah aku ataupun kamu membayangkannya.
Jadi,
tanya yang mungkin akan kamu lontarkan saat ini, mengapa kita bertemu kalau
ternyata hanya untuk sekedar saling tahu nama? Mengapa juga kita bertemu jika
pada akhirnya berpisah lagi dan tanpa bisa kita pastikan kapan pertemuan
selanjutnya?
Harus
kamu pahami bahwa pertemuan terjadi bukan saja untuk menciptakan pertemuan
selanjutnya. Seperti aku dan kamu misalnya. Aku sampai detik ini belum melihat
adanya kemungkinan kita akan bertemu lagi. Tapi lebih dari itu, kamu yang hadir
sudah membantuku untuk menyikapi hubunganku yang sempat longgar dengan Tuhan.
Mungkin sulit kamu pahami apa maksudku. Tapi demikianlah adanya. Pertemuan
denganmu membuat hubunganku dengan Tuhan menjadi dekat lagi.