Rabu, September 16, 2015

Aroma

Benarkah sudah berubah yang tidak terlihat itu? Bukan. Ini bukan bicara soal fisik yang memang telah berubah. Ini tak bisa disambungkan dengan fisik, tidak juga bisa dihubungkan dengan penampilan atau dengan apapun yang menyangkut kekongkritan. Ini tentang sebuah rasa, yang dulu menggebu dan kini telah terlelap termakan kejenuhan dan bosan. Ah, entahlah. Itu tidak bisa terjamah dan hanya ada dalam hati tanpa bisa terlihat wujudnya.
Adakah seseorang yang kini telah menyentuhnya? Yang telah membuatnya luluh dan melupakan masa lalunya yang panjang. Yang telah merasuki hatinya sehingga dia tidak lagi sama seperti tempo hari.
Aku diam dalam keramaian saat semua orang memujinya. Dia adalah bagian yang kini membawa setengah hatiku. Kini semua orang memujanya, menyanjungnya dengan tampilan baru yang membuat dirinya terlihat lebih indah. Dia tersenyum menyambut setiap senyum yang mengarah padanya. Entah senyum yang sekedar bermakna terimakasih atau senyum bermakna lain seperti keterbukaan hati untuk dimiliki. Semua itu cukup untuk membuat darah menjadi panas, hati bergetar, dan menciptakan sebuah aroma yang tak diinginkan. Itulah aroma cemburu yang menyiksa tubuh.
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar