Selasa, Desember 10, 2013

CdBA

Perjuangan itu tidak akan pernah berakhir. Dan inilh tanah Jawa. Tempat yang dari dulu selau aku impikan untuk bisa mencicipi ilmu di sini. Belajar di Pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia. Dan hari ini semuanya akan segera di mulai. Adi mengantar ke tempat peristirahatan dan setelah itu berkunjung ke rumah seorang khatolik yang akan menjadi orang tua dan keluarga bagi kami selama berada di kota apel.
2 hari yang menyenangkan berada di perantauan bersama seorang sahabat yang selama 3 tahun ini selalu hadir di setiap peristiwa yang aku alami. Dan kini kami mengalaminya di tempat berbeda, bukan kampung halaman. Ini adalah daerah orang. Tidak akan semudah hidup di kampung sendiri. Tapi begitulah, 2 hari ini adalah awal dari semuanya. Adi memperkenalkan akan kota Malang secara lebih dekat. Kota yang mulai aku cintai sejak beberapa waktu sebelumnya, dan bermimpi akn menginjakkan kaki di sana, dan sekarang tuhan mendengar mimpi-mimpi itu. tinggal aku menjalankan dengan sebaik-baiknya apa yang telah Ia anugrahkan untuk seorang bocah dari kampung ini.
Ini adalah awal dari sebuah perjalanan yang akan penuh dengan tantangan. Sejak ditinggal adi, 2 shari sejak aku sampai di Malang, perjalanan itu mulai terasa. Kesenangan sesaat ketika bersama sahabat berada di perantauan ternyata hanya memang benar-benar sesaat. Kini perjuangan itu benar-benar sendiri.
Aku hanya mencicipi puasa selama seminggu di kampung halamanku, setelah itu harus terbang ke Malang utuk menylesaikan masalah administrasiku dalam melanjutkan sekolah. Ya, malang adalah tempat yang aku pilih untuk menuntut ilmu lagi setelah lulus dari SMA. Sisanya, aku menjalani puasa di perjalanan dan di malang sendiri.
                merasakan bagaimana pahitnya hidup, melakukan segala sesuatu sendiri, dan yang paling terasa ketika itu adalah dimana harus sahur dan berbuka sendiri dalam sebuah kamar berukuran 4x4 meter dengan lauk seadanya. Tidak ada saudara, tidak ada keluarga, dan tidak ada siapapun orang disini yang mengenalku. Berjuang melewati badai kesepian, paling tidak 3 minggu lagi hingga bulan suci penuh berkah ini berakhir. Dan itu terasa sangat lama sekali.
Terkadang air mata mengalir tanpa disadari saat, suapan pertamaku berbuka puasa. Delapan belas tahun aku hidup di dunia, inilah moment berbuka puasa yang terasa sangat menyedihkan. Bahasa dan adat mereka yang berbeda menambah kesusahan untuk jiwa yang sedang bergejolak ini.

Terkadang muncul sebuah penyesalan. Mengapa aku berani mngambil tindakan bodoh seperti ini. Berada di tempat yang jauh, berada di sebuah tempat yang sama sekali belum pernah dikunjungi keluargaku. Hanya bermodal dari search engine bernama google, di situlah aku mengenal apa yang aku lakukan sekarang, dimana ragaku berada saat ini, dan bagaimana aku saat ini. Hanya saja, yang lagi-lagi terbayang hanyalah sebuah penyesalan. Semangat yang dulunya sangat menggebu ingin kuliah di tanah jawa, yang sekarang sudah tercapai hilang seketika hanya karena sebuah kesepian. Kesepian yang benar-benar mencekam. Dilebaran yang seharusnya berbahagia, aku hanya bisa meratapi kesepian dan kesedihan akan keputusan yang baru saja aku ambil.

Terasa hilang janji keindahan yang pernah disampaikan oleh bayangan putih yang menemaniku sejak meninggalkan rumah sampai keluar dari stasiun kota malang beberapa waktu yang lalu. Kini dia entah kemana. Aku sedang kesepian dan tidak ada yang menemani. Tentu saja aku berharap akan kehadirannya, namun rasanya sebuah kemustahilan setelah waktu itu aku ditinggalkannya dan harus berjuang sendiri untuk menjalani kehidupanku di sini, di bumi Arema

Tidak ada komentar:

Posting Komentar