Perjuangan itu tidak akan pernah
berakhir. Dan inilh tanah Jawa. Tempat yang dari dulu selau aku impikan untuk
bisa mencicipi ilmu di sini. Belajar di Pulau dengan penduduk terpadat di
Indonesia. Dan hari ini semuanya akan segera di mulai. Adi mengantar ke tempat
peristirahatan dan setelah itu berkunjung ke rumah seorang khatolik yang akan
menjadi orang tua dan keluarga bagi kami selama berada di kota apel.
2 hari yang menyenangkan berada
di perantauan bersama seorang sahabat yang selama 3 tahun ini selalu hadir di
setiap peristiwa yang aku alami. Dan kini kami mengalaminya di tempat berbeda,
bukan kampung halaman. Ini adalah daerah orang. Tidak akan semudah hidup di
kampung sendiri. Tapi begitulah, 2 hari ini adalah awal dari semuanya. Adi
memperkenalkan akan kota Malang secara lebih dekat. Kota yang mulai aku cintai
sejak beberapa waktu sebelumnya, dan bermimpi akn menginjakkan kaki di sana,
dan sekarang tuhan mendengar mimpi-mimpi itu. tinggal aku menjalankan dengan
sebaik-baiknya apa yang telah Ia anugrahkan untuk seorang bocah dari kampung
ini.
Ini adalah awal dari sebuah perjalanan
yang akan penuh dengan tantangan. Sejak ditinggal adi, 2 shari sejak aku sampai
di Malang, perjalanan itu mulai terasa. Kesenangan sesaat ketika bersama
sahabat berada di perantauan ternyata hanya memang benar-benar sesaat. Kini
perjuangan itu benar-benar sendiri.
Aku hanya mencicipi puasa selama
seminggu di kampung halamanku, setelah itu harus terbang ke Malang utuk
menylesaikan masalah administrasiku dalam melanjutkan sekolah. Ya, malang
adalah tempat yang aku pilih untuk menuntut ilmu lagi setelah lulus dari SMA.
Sisanya, aku menjalani puasa di perjalanan dan di malang sendiri.
merasakan bagaimana pahitnya hidup, melakukan segala sesuatu sendiri, dan yang paling terasa ketika itu adalah dimana harus sahur dan berbuka sendiri dalam sebuah kamar berukuran 4x4 meter dengan lauk seadanya. Tidak ada saudara, tidak ada keluarga, dan tidak ada siapapun orang disini yang mengenalku. Berjuang melewati badai kesepian, paling tidak 3 minggu lagi hingga bulan suci penuh berkah ini berakhir. Dan itu terasa sangat lama sekali.
merasakan bagaimana pahitnya hidup, melakukan segala sesuatu sendiri, dan yang paling terasa ketika itu adalah dimana harus sahur dan berbuka sendiri dalam sebuah kamar berukuran 4x4 meter dengan lauk seadanya. Tidak ada saudara, tidak ada keluarga, dan tidak ada siapapun orang disini yang mengenalku. Berjuang melewati badai kesepian, paling tidak 3 minggu lagi hingga bulan suci penuh berkah ini berakhir. Dan itu terasa sangat lama sekali.
Terkadang air mata mengalir tanpa
disadari saat, suapan pertamaku berbuka puasa. Delapan belas tahun aku hidup di
dunia, inilah moment berbuka puasa yang terasa sangat menyedihkan. Bahasa dan
adat mereka yang berbeda menambah kesusahan untuk jiwa yang sedang bergejolak
ini.
Terkadang muncul sebuah
penyesalan. Mengapa aku berani mngambil tindakan bodoh seperti ini. Berada di
tempat yang jauh, berada di sebuah tempat yang sama sekali belum pernah
dikunjungi keluargaku. Hanya bermodal dari search engine bernama google, di
situlah aku mengenal apa yang aku lakukan sekarang, dimana ragaku berada saat
ini, dan bagaimana aku saat ini. Hanya saja, yang lagi-lagi terbayang hanyalah
sebuah penyesalan. Semangat yang dulunya sangat menggebu ingin kuliah di tanah
jawa, yang sekarang sudah tercapai hilang seketika hanya karena sebuah kesepian.
Kesepian yang benar-benar mencekam. Dilebaran yang seharusnya berbahagia, aku
hanya bisa meratapi kesepian dan kesedihan akan keputusan yang baru saja aku
ambil.
Terasa hilang janji keindahan
yang pernah disampaikan oleh bayangan putih yang menemaniku sejak meninggalkan
rumah sampai keluar dari stasiun kota malang beberapa waktu yang lalu. Kini dia
entah kemana. Aku sedang kesepian dan tidak ada yang menemani. Tentu saja aku
berharap akan kehadirannya, namun rasanya sebuah kemustahilan setelah waktu itu
aku ditinggalkannya dan harus berjuang sendiri untuk menjalani kehidupanku di
sini, di bumi Arema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar