Kamu yang pernah bertemu denganku, masih ingat dengan liburan yang pernah kita rencanakan tempo hari? Ah, aku rasa sudah lupa. Jangankan dengan rencana liburan, denganku saja mungkin kamu susah untuk mengingat lagi. Aku sudah tertelan oleh kesibukanmu, terbenam oleh banyaknya orang-orang baru yang kamu kenal. Jarak juga sama, berkolaborasi dia dengan waktu untuk membuat kita seperti dua orang yang tidak saling kenal. Mereka kejam, egois juga kurasa. Sedikitpun tidak mau mengalah. Dia buat kita terpisah dalam hitungan kilometer yang entah berapa ribu, juga dalam jeda waktu yang tidak tahu sampai kapan batas akhirnya.
Malam tadi rasanya aku baru saja memimpikan kamu. Tidak begitu jelas kuingat, tapi cukup berhasil membuka lagi lembaran pertemuan kita yang sudah lama berlalu. Rasanya seperti membersihkan debu pada kulit buku yang lama sekali tergeletak di atas meja di rumah tak berpenghuni. Tidak ada selama ini tangan yang menyentuh. Luput dari perhatian dan kepentingan.
Sama denganku, aku bukan seorang yang layak untuk dapat perhatian, bukan juga seorang yang bisa kamu anggap penting. Aku seorang yang layak terlupakan, seorang yang tidak ada gunanya untuk diingat. Sampai kapanpun sepertinya akan begitu.
Ya sudah, mungkin sudah begitu garis hidupku, aku tidak akan mampu membangun komunikasi yang baik denganmu. Kita terlalu fokus pada banyak hal di luar ini. perhatian aku kepadamu atau kamu kepadaku tidak pernah berjalan baik, yang ada adalah perhatian kita tercurah pada kehidupan masing-masing, dan kita -khususnya aku seperti tidak berusaha untuk membersamakannya.
Membersamakannya pun buat apa? Aku dan kamu agaknya tidak akan pernah bisa menjadi kita. Aku yang saat ini sedang rindu, bukanlah merasakan rindu yang sebenarnya. Hanya rindu semu, rindu yang tercipta karena dipermainkan oleh jarak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar