Barangkali kita perlu berbalik beberapa saat untuk sekedar menyaksikan rantai cerita yang pernah kita buat. Sebelum tangan kita menyatu pada sebuah genggaman. Sebelum peluk kita bertemu untuk saling menghangatkan. Kita adalah dua manusia yang tidak saling mengenal. Kita bertemu, kita saling menatap selama beberapa detik lalu saling membuang muka. Waktu kemudian bertindak, kita dibuatnya untuk saling mengetahui, dengan cara dan arogannya yang tidak kita hiraukan (mungkin). Namun kita tetap seolah tidak peduli, membiarkan begitu saja semuanya.
Lama dalam keadaan demikian, akhirnya hati mulai tergetarkan. Titik rasa mulai muncul saat satu senyum menyapa sore itu. Ya, waktu telah membuat kita saling menyapa dengan senyum. Dan rahasia kecil mulai menghias. Dalam setiap detail dan gerakmu, aku mencoba untuk berpura-pura tidak peduli. Dan tahukah bahwa itu adalah sandiwara menyakitkan. Keberpura-puraanku adalah sandungan dan tembok yang menghalangi untuk memulai kata.
Sampai suatu ketika tidak ada alasan bagi kita untuk tidak saling bicara. Detik itu kita mulai saling mengenal. Detik itu pula menjadi awal yang melahirkan jutaan cerita tentang kita hingga hari ini. Lama sudah cerita itu dimulai dan kini kita sudah sampai di sini. Lalu apa yang akan kita lakukan? Apakah kata 'kita' yang tercipta diantara aku dan kamu hanya sebagai pelengkap cerita sebelum akhirnya takdir menjadi penentu? Ataukah kita memang berusaha untuk membuka takdir lebih awal? Atau bahkan kita sebenarnya sudah menemukan takdir?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar