Satu dari mereka sempat menyebut UGM sebagai tujuan selanjutnya,
adalah Galang Satya Budiman (Iduang) yang dengan nada percaya
dirinya akan kuliah di jurusan Teknik Nuklir. Sedikit tentang Galang, adalah
seorang manusia aneh keturunan Jawa-Minang yang tidak tinggal bersama orang
tuanya. Hidupnya lebih banyak terisi dengan tawa dan rencana-rencana besar yang
kadang terwujud kadang tidak. Salah satunya adalah Teknik Nuklir UGM yang
menjadi impian terbesarnya saat itu (dan ternyata belum beruntung).
Kegagalannya di SNMPTN dan SBMPTN akhirnya mendamparkan Galang ke jurusan
Teknik Elektro Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN Suska).
Satu lagi tentang Galang yang paling spesifik adalah hidungnya yang memiliki
ukuran jumbo, jauh melebihi hidung yang lainnya, termasuk hidungku yang juga
terbilang cukup besar di kalangan mereka.
Seorang yang biasanya selalu ‘tidak akur’ dengan Galang bernama Jeffry
Kurniawan. Badannya tambun tinggi besar. Perut buncit dengan kepala yang
kecil membuat wujudnya tampak lucu dari kejauhan, ditambah lagi dengan
pribadinya yang juga tidak jarang membuat orang terpingkal semakin menambah
kelucuannya. Panggilan akrab sederhana untuk menyebut manusia ini adalah GOPARDO
(Godang Paruik Pado Dado) yang jika di-Indonesia-kan kira kira
artinya Lebih besar Perut daripada Dada. Tidak berlebihan,
karena inilah penampakan yang ada kalian saat melihat Jeffry (baca: Jepri).
Walaupun selengeh dan agak sedeng dalam beberapa hal, Jeffry
adalah ketua OSIS semasa kami aktif dalam berbagai ekskul di sekolah. Satu hal
yang membuat Jeffry sedikit tidak disukai sekaligus membuat orang tersenyum
geli melihatnya adalah wajah songik (aku kurang tahu bahasa
Indonesia-nya) yang selalu dia tampilkan jika sedang marah atau sakit hati,
terutama ketika sedang rapat. Secara khusus, saat itu Jeffry tidak menyebutkan
dimana dia ingin kuliah. Dia satu-satunya murid IPS diantara kami, mungkin
sedikit membuatnya bingung ingin melanjutkan kemana karena secara keseluruhan
kami hampir selalu membahas tentang jurusan-jurusan yang berbau eksak. Namun
kemampuannya dalam sosial aku yakini dimanapun Jeffry berada, dia akan
terpakai. Dan akhirnya dia resmi menjadi mahasiswa Universitas Negeri Padang
melalui jalur SPMK (Mandiri) dengan jurusan Teknologi Pendidikan.
Teman sekelasku dan Jeffry ketika kelas X SMA yang tinggi dan
kurus bernama Putra Oktavianto. Sama halnya dengan Galang, Putra
adalah salah satu pemilik rating tertinggi dalam hal ‘ketidakakuran’ dan sering
dibully Jeffry. Biasanya mereka bertigalah yang melahirkan suasana
hidup ketika kami bersama. Putra adalah orang yang sangat menghargai kebersihan
(pakaian, sepatu dsb), sangat dimanja Ibunya, terkenal sangat lelet dalam
segala aktivitas dan tidak punya percaya diri dalam hal pelajaran. Dia pintar,
terbukti dari SD hingga SMP dia selalu berada di podium juara kelas, hanya saja
seiring bertambahnya umur, kepintaran Putra juga sepertinya semakin terkikis
bersamaan dengan rasa percaya dirinya, yang akhirnya membuat Putra selalu
terlempar dari jalur 10 besar. Putra adalah salah seorang atlet sepak bola
sekolah, juga seorang anggota Paskibra. Satu lagi tentang Putra, dia lebih rela
dijambak rambutnya atau dipukul kepalanya dari pada sepatunya terinjak. Aneh
memang, mungkin itu juga yang membuat terjadi erosi kepintaran dalam kepalanya.
Sekarang Putra mengambil jurusan Teknik Listrik di Politeknik Negeri Padang.
Satu kawan yang paling soleh diantara kami dan sering dipanggil
Ustadz, namanya Rendi Afrineldi. Dia pintar, rajin dan sangat
tergila-gila pada rumus Fisika (mungkin itu yang menyebabkan jidatnya lebih lebar
dari rata-rata jidat manusia umumnya). Rendi selalu optimis dalam
kesehariannya. Kepiawaiannya mendekatkan diri dengan guru membuat Rendi menjadi
‘anak baik’ yang sering kali dipuja, bahkan oleh pemegang kendali inventaris
sekolah. Tak ayal, selama kelas XI, bisa dikatakan Rendi sama sekali tidak
pernah membeli kebutuhan sekolah. Buku-buku, pulpen, penggaris, Tipe x, hingga
stabilo dia dapat secara gratis berkat kedekatannya dengan penguasa inventaris
sekolah yang juga merangkap guru bimbingan konseling. Dan tidak jarang pula aku
terkena imbas ’durian runtuh’nya karena aku dan Rendi sekelas ketika kami kelas
XI. Fakta tentang aku dan Rendi, kami sempat tidak akur beberapa saat karena
aku dituduh mendekati pacarnya saat itu. Namun akhirnya seiring waktu berjalan
kami akur kembali dan dia mengenalkanku pada Cinta semasa SMA, seorang
perempuan berkacamata di kelas kami. Nanti saja kuceritakan. Kini rendi duduk
di Jurusan Fisika Universitas Andalas, dan baru saja terpilih menjadi Gubernur
BEM fakultas MIPA (setingkat Presiden BEM Fakultas kalau di kampusku). Wait….
Ustadz Rendi punya pacar? Ada cerita panjang yang nanti akan kuceritakan agar
tidak ada kesalahpahaman. Oke???
Lanjut, yang berperan membuatku sempat patah hati dan mencoreng
masa indah dunia SMA bernama Nanda Alzeta Pratama. Anak seorang
dokter yang hidupnya bahkan lebih sederhana dari kehidupanku yang hanya berasal
dari keluarga biasa. Dia juga berbadan besar namun antara perut dan kepalanya
terbilang proporsional sehingga tidak menimbulkan tawa seperti Jeffry.
Pribadinya tenang dan tidak pernah terlihat mempunyai masalah sama sekali.
Terkenal cukup play boy dikalangan yang benar-benar mengenalnya. Nanda adalah
satu-satunya diantara kami yang namanya tidak tercatat dalam kepengurusan OSIS
ketika itu (rezim Jeffry di tahun ajaran 2011-2012). Ada cerita khusus antara
aku dan Nanda yang mengisi kisah perjalanan 9 Bakawan. Nanti saja ceritanya.
Impian Nanda untuk menjadi seperti ayahnya tidak kesampaian dan kini dia
menjadi mahasiswa Jurusan Kimia di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Rahman Dhuha.
Menurutku dia paling ganteng diantara kami. Dan beberapa kakak kelas
berpendapat aku agak-agak mirip dengan Rahman (alhamdulillah, berarti
aku juga kecipratan ganteng, hehe). Dia seorang yang jago musik.
Badannya kecil kurus namun merupakan play boy yang jauh lebih berpengalaman
daripada Nanda. Rahman memiliki kelebihan dalam menaklukkan wanita. Kadang
sikap orang ini sedikit menyebalkan karena terkesan sombong dan kagadang-gadangan. Tapi
dia adalah sosok yang peduli, jiwa sosialnya juga tinggi dan penuh perhatian. Cieeee.
Dulu merupakan satu-satunya perokok aktif diantara kami, dan perlahan hilang.
Entah bagaimana sekarang, apakah kambuh lagi atau tidak, aku belum mendapat
informasi pasti. Terkenal dengan panggilan Saluang, karena kakinya mirip alat
musik tradisional Minangkabau (sama besar ukuran paha hingga tumitnya). Rahman
kini kuliah di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Padang.
Diantara 9 orang itu, ternyata ada satu yang berkerabat denganku.
Dia lebih tua setahun kurang sehari. Sebenarnya, aku malas mendeskripsikan
orang ini. Mendengar namanya saja, perutku biasanya langsung sakit. Berhubung
ini adalah perkenalan, ya mau tidak mau nama ini harus tetap disebut juga. Bagus
Yulianda Putra. Terkenal dengan bibir tebalnya. Anak ini multitalent, bisa
apa saja. Juga jiwa sosialnya tinggi dan memiliki banyak teman. Rumahnya biasa
dijadikan basecamp jika kami bingung mau kemana menghabiskan akhir pekan. Bagus
sangat jago speak-speak gombal. Dengan kepandaiannya bermain kata,
akhirnya dapat menaklukkan hati anak dari wakil kepala sekolah ketika itu,
Rahmi Desmira. Sangat pencemburu dan mudah tersinggung jika sudah menyangkut
Rahmi. Bagus adalah yang paling luar biasa diantara kami. Meskipun dengan
seabrek nilai minus yang menghinggapi dirinya, Bagus adalah sosok pemimpin yang
secara tidak langsung telah kami pilih, karena ada beberapa hal yang sangat
tepat yang hanya terpikirkan oleh kepalanya ketika mengambil keputusan. Bersama
Jeffry dia juga seringkali mem-bullly Putra dengan guyonan-guyonan
segar yang membuat semua orang terbahak. So, Bagus adalah laki-laki
langka yang luar biasa sehingga perlu dilestarikan. Kini Bagus tinggal di
Jakarta bersama wakil ketua DPD dan berkuliah di jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Jakarta. Masa depannya menurutku sudah terjamin karena
memiliki hubungan dekat dengan Hj. Mufidah Jusuf Kalla, rumah mereka di kampung
halaman pun bersebelahan.
Terakhir ada kawanku bernama Septian Adi Putra, nama
tengahnya sama denganku. Dan diantara kami, hanya dialah yang menggunakan nama
tengah sebagai panggilan keseharian. Di luar nama resminya, ia biasa dipanggil
Boti (boti=betis) karena ukuran betisnya yang memang jumbo. Bagus menyebutnya
Omnivora (pemakan segala). Kenapa? (tanyakan pada rumput yang bergoyang). Adi
seorang yang pintar ketika SMP, terpilih wewakili sekolahnya untuk ikut Study
Banding ke Malaysia dan Singapura. Sama seperti Putra, kepintarannya juga terkikis
ketika menginjak masa SMA, Barang kali karena mengenal istilah pacaran. Dia
menjalin cinta dengan seorang primadona satu daerah dan terlalu fokus
menjaganya. Adi adalah Pradana Umum Pramuka saat itu. Dia juga multitalent,
hobi menggambar dan desain. Bersama Rahman dan Bagus mendirikan LBC (Lintau
Beatbox Clan). Namun karena perpisahan jarak antar mereka bertiga, LBC akhirnya
vakum dan saat ini seolah tinggal nama, atau mungkin sekarang diteruskan oleh
generasi berikutnya(?). Kini dia sedang mengembangkan karir beatboxnya melalui
musik acapella. Semoga sukses Bro. Adi kini berada di kampus yang sama
denganku, Universitas Brawijaya Malang, namun kami beda jurusan. Adi tercatat
sebagai mahasiswa program studi Agribisnis. Sementara aku mengambil jurusan Ilmu
Tanah.
Da rahman masih jago beatbox kok da, waktu yu tanyo k anak teknik mesin 13, uda tu trmasuk keren dan terkenal , yg ngecek itu cowok lo lai mah hahahah
BalasHapusabi hebat2 nyo kini. hahahha
Hapus