Tidak
lagi bisa menyalahkan siapa-siapa jika seandainya rasa ini benar-benar muncul.
Pertemuan yang sering meski tanpa komunikasi dan kontak melahirkan sesuatu yang
terasa aneh dalam jiwa. Ada sedikit hal yang tidak biasa namun juga sulit
dijelaskan. Terlalu sulit untuk diterjemahkan bagaimana rasanya kini ketika
rasa aneh itu hadir. Kata-kata seolah kini menjadi pecundang yang tidak bisa
berbuat apa-apa. Dia tidak bisa menerjemahkannya. Dan juga dia tidak bisa
menjelaskan apa yang terjadi. Kata-kata seolah tidak lagi penting ketika semuanya
sudah menjurus pada masalah hati dan perasaan. Ada keadaan dimana keindahan
menghiasi hati saat konstruksi wajahnya itu ada di pelupuk mata. Dan apabila
tersenyum, sungguhlah sangat indah bentuknya. Paras sempurna yang diberikan
tuhan, Keindahan nyata yang membuat hati bergetar dan darah berdesir saat
berada di hadapannya.
Aku
tidak bisa berbohong pada siapapun bahwa sebenarnya kaum hawa yang satu ini
begitu mengguga hati. Ada rasa saat dia hadir, dan ada rindu ketika dia tak
menampakkan diri. Kadang rasa yang tidak terungkap itu sedikit menyiksa karena
hanya berani berbicara di dalam, namun keberanian juga tak kunjung segera
datang untuk menuntaskannya. Mata ini begitu ingin memandang selama mungkin.
Melihat corak wajah, dan bahkan memperhatikan dengan seksama pori-pori wajah
mulus yang sama sekali tidak di tumbuhi jerawat itu. Waktu yang berjalan mulai
menjawab apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan aku ulai mengerti. Aku mulai
memahami kehidupan yang sebenarnya kini terjadi. Keadaan dan lingkungan kini
membuat aku tahu apa yang sebenarnya di inginkan bathin yang Selama ini menjadi
petanyaan tak terjawab dan sedikit menyiksa.
Mereka
pada hari tertentu selalu terlihat berdua. Saling bermanja dan menampakkan
kemesraan. Kadang terlihat menangis atau raut wajah sedih. Namun mereka tak
pernah sendiri. Setiap kondisi, senang, sedih, kacau selalu ada satu wajah lain
yang menunjukkan ekspresi sama. Beberapa kawan ku tak pernah merasa sendiri.
Rasa hati yang mereka rasakan selalu dirasakan oleh dia yang selalu ada di
sisinya. Seolah masing-masing dari mereka tidak pernah merasa sendiri karena
selalu ada belahan yang menemani mereka setiap saat di setiap hal.
Aku
pernah merasakan hal yang sama beberapa waktu yang lalu. Dulu, ketika seorang
kaum hawa bernama vivi menjadi bagian daari hari-hariku. Dulu, dulu sekali
ketika semua itu sangat jauh dari yang terjadi sekarang, aku pernah merasakannya.
Aku sangat paham dan mengerti, begitu nyaman ketika semua itu dijalani bersama.
Sangat indah hari yang dilalui meski di iringi masalah. Selalu ada senyum dan
semangat yang hadir ketika sebuah masalah datang menghampiri. Badai masalah
yang datang, adalah bumbu penyedap dalam
menghadapi hari-hari indah bersamanya. Tapi itu dulu. Sudah menjadi masa lalu
kini. Dia telah punya jalan lain untuk menuju kebhagiaannya, dan aku pun kini
memiliki ajlan lain untuk menemukan kebahagianku. Kebahagiaan yang nyata
bersama seseorang di sini yang masih dalam pencarian. MAsih belum berjumpa sang
bidadari yang akan membawa aku dalam kehidupan penuh lika-liku yang bahagia. Mengahnyutkan
aku dalam masalah-masalah yang akan dihadapi bersamnya kelak. Menumbukan pohon
bernama keluarga bersamanya.
Siapa?
Entahlah, yang jelas aku akan menemukannya di sini. Langkah kaki meninggalkan
kampung halaman dan pergi jauh ke tempat antah berantah ini akan menuai hasil
yang aku yakini sesuai dengan harapanku. Aku sudah bertemu berbagai macam orang
di sini, bertemu berbagai macam sifat, dan juga bertemu berbagai macam
karakter. Latar belakang kultural yang berbeda, dan kini aku berada di tempat
yang sama sekali budayanya berbeda, menunjukkan kayanya negeri ini. aDalah
sebuah kewajaran saat menyatukan berbagai perbedaan itu terasa sangat sulit.
Kini,
memasuki bulan ke 4 aku berada di sini, seorang perempuan tidak berjilbab mulai
menjadi perhatianku. Ada kenyamanan saat memandangnya. Tubuh semoknya
menghadirkan keindahan sendiri. Sorot matanya yang lembut jelas terlihat di
balik kaca mata minus dengan bingkai hitam yang ia kenakan setiiap hari. Sebuah
acara puncak di fakultas mengenalkanku pada wajah itu. Beberapa orang yang aku
kenal juga mengenalnya. Sempat kami mengabadikan momen secara bersama-sama
dengan latar belakang ny banner acara tersebut. Entah apa yang terjadi
sebelum-sebelumnya, yang jelas tiba-tiba saja beberapa saat sebelum jepretan
pertama, aku berdiri tepat di sampingnya. Bahu kanannya menyentuh bahu kananku.
Dengan jelas aku lihat dengan sudut mata, ujung kepalanya sama dengan leher
bagian atasku. Jadi jika aku berpikir sedikit nakal, seandainya aku mengecupnya,
kecupan itu akan mendarat tepat di keningnya yang cukup lebar.
Cahaya
flash dari jepretan pertama sedikit mengagetkan lamunanku tentang kecupan yang
tengah berlangsung. Sontak aku terkaget dan reflex melihat dia yang berada di
sisiku ketika itu. Baju pink mengkilat yang menutupi tubuh bagian atasnya
terlihat sedikit memantulkan lampu temaram panggung yang berada tidak jauh dari
sisi kami melakukan pemotretan. Juga wajahnya yang sedikit mengkilat karena
minyak ikut memantulkan kerlap kerlip lampu malam itu. Beberapa jepretan
selesai ketika lagu mars aribisnis berkumandang. Kami menikmati acara beberapa
saat dan mulai berangsur meninggalkan kampus beberapa waktu kemudian ketika
acara mulai tampak membosankan. Tepat di sebuah jalan besar di tengah kampus,
kami mulai berpisah, beberapa orang berbelok ke kiri, beberapa lainnya, tetap
lurus melewati gedung bertingkat di kedua sisinya, sementara aku dan juga
beberapa yang lain berbelok ke kiri.
Di
perjalanan pulang, aku memandangi sebuah smartphone yang di dalamnya ada
beberapa foto yang baru saja di abadikan. Seorang diri aku memandanginya
sementara mereka sangat rebut di depanku. Fokusku tertuju pada bagian kiri,
dimana aku berada paling sudut kemudian perempuan yang tadi berbaju ping,
berada tepat di sebelahku. Memang benar prediksi dalam khayalanku tadi, memang
jika aku mengecupnya, maka kecupan itu tepat jatuh di jidatnya. Terlihat cantik
ia dengan tubuh semoknya. Dan tampak sangat dewasa denan kacamata yang ia pakai.
Sorotan matanya menunjukkan dia tidak lagi seorang anak manja yang terus
bergantung pada orang tua. Ada sosok kedewasaan dalam dirinya. Hanya saja, aku
tidak tahu namanya. Ingin aku bertanya kepada mereka yang kini ribut di
depanku. Tetapi untung saja niat itu segera terurung karena pikiran ku
tiba-tiba saja melintas, bahwa akan terjadi sesuatu jika aku menanyakannya.
Akan ada bullyan besar seandainya keinginanku barusan tak tertahan. Aku membatalkannya dan terus
berjalan dengan membawa sebuah rasa penasaran dan ingin tahu yang sedikit
menyesak hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar