Senin, Desember 26, 2022
PERKENALAN
Rabu, Desember 21, 2022
KADALUWARSA
Selasa, November 22, 2022
BEBERAPA SAPA
Aku punya kesan tentangmu. Itu sudah dimulai sejak 14 tahun yang lalu. Kali pertama aku melihatmu di sebuah SMP negeri di kampung kecil kita. Kamu adalah adik kelasku dan kita sekali pun tidak pernah saling menyapa.
Sudah lama sekali sejak saat itu, namun asaku rasanya masih sama. Aku masih menyimpan kagum, mungkin juga suka. Karena sampai hari ketika aku menulis ini, kepadamu aku masih memelihara sebuah harap.
Beruntung, kita lahir di dunia dengan penuh kemajuan, sehingga beberapa kali aku bisa menyapamu lewat dunia maya, melalui beberapa pesan yang kutinggalkan di sosial mediamu.
Kamu menanggapi, sesekali kita juga berdiskusi tentang sesuatu.
Semoga dalam waktu yang tidak lama lagi, kamu mulai bisa memahami inginku, melalui tulisan-tulisan di blog pribadiku, atau melalui sapa-sapa kepadamu yang sesekali kusematkan di instastory atau di reply twitter.
Selasa, November 15, 2022
LANGKAH PERGI
Kadang aku berpikir bahwa pergimu adalah sementara. Sekedar untuk menyadarkanku akan salah-salah yang luput dari pengakuan. Sekarang aku tahu, bahwa yang kurasa terbaik ternyata tidak selalu begitu dari sudut pandang yang lain.
Sampai hari ini, aku tengah berusaha untuk menerima kepergianmu. Sudah lama berlalu, tapi jatuh karena kamu tinggal kala itu, masih menyisakan sakit hingga aku tidak sanggup berdiri.
Di sini, langkah pergimu tidak lagi terlihat. Bahkan jejak langkahmu pun sudah hilang tergerus hujan. Mengharapmu kembali adalah seakan sia-sia. Mendoakanmu mungkin jadi yang paling baik yang bisa kulakukan. Semoga di langkah pergimu, seseorang yang lebih bisa mengerti dan memahami, sedang bersiap-siap menyambut datangmu.
Minggu, Februari 06, 2022
PERTANYAAN SOAL KELAYAKAN
Ada hal yang membuatku pernah berpikir untuk tidak memperjuangkanmu. Bukan karena perihal rasa. Sebab kalau itu bisa kupastikan akulah yang terdepan. Tidak memperjuangkanmu, bukan berarti aku tidak peduli. Mengikutinya seperti air yang mengalir menurutku adalah cara terbaik yang bisa kutempuh. Aku menghargai setiap usaha dan laku baikmu. Pun kepadamu aku juga berusaha melakukan yang terbaik yang kubisa. Hanya saja, beberapa hal terasa mengganjal setelah kupikirkan betul-betul.
Pertanyaan yang sering muncul adalah, Layakkah aku?
Pertanyaan soal kelayakan selalu berujung pada raguku untuk dapat membuatmu bahagia. Yang kulihat, selama ini kehidupanmu istimewa, bagaimana jika setelah denganku nanti, semua istimewa itu menjauh? Aku takut tanpa sadar menyeretmu ke jurang kerasnya hidup, padahal selama ini hari-harimu selalu terkesan nyaman dan damai. Aku khawatir denganku nanti nafasmu menjadi sesak, sedang dulu sebelum denganku tidak begitu.
Aku tahu, skenario Tuhan adalah yang terbaik. Tapi jika kali ini hanya sekedar untuk menguatkanku lagi atas segala luka tentang kehilangan, bukankah yang sebelumnya sudah lebih dari cukup?